ANJING PELIHARAAN

Source: karenwarfel
Hewan yang tidak kalah menggemaskan dari Kucing, yang populer dan banyak dipelihara orang adalah Anjing. Anjing yang dijadikan peliharaan di Indonesia juga ada beberapa jenis, diantaranya Anjing herder, Buldog, Peking, Pomeranian, Poodle, Chihuahua, Mini Pincher dan lain sebagainya. Orang memilih Anjing sebagai binatang peliharaanya karena Anjing adalah hewan yang penurut dan pintar. Hewan ini juga biasa dijadikan sebagai penjaga rumah. Anjing juga disukai karena memiliki bulu yang tebal, terutama pada jenis tertentu. Anjing yang lucu juga menjadi sahabat setia manusia.

PEMELIHARAAN KUCING


1. Anak kucing membutuhkan jumlah gizi dua kali lebih besar dibanding kucing dewasa. Meskipun ia membutuhkan lebih banyak nutrisi, itu bukan berarti Anda harus memberinya makan berlebihan. Setelah 5-6 minggu, berikan makanan secara rutin 4 kali setiap hari. 

2. Jangan berikan makanan anjing untuk kucing! Makanan anjing tidak mengandung taurin, nutrisi yang dibutuhkan kucing untuk mencegah penyakit jantung dan penglihatan kabur.

3. Setelah 8-10 bulan, Anda bisa membiasakannya untuk makan makanan rumah seperti nasi dan susu. Kebiasaan ini harus Anda lakukan sejak dini. 

4. Tidak perlu memandikan kucing secara teratur. Ketika bulu kucing mulai berbau, Anda dapat memandikannya dengan air dingin. Air panas dapat merusak bulu dan menyebabkan iritasi kulit pada kucing.

5. Sikat bulu kucing secara rutin. Hal ini dapat menghilangkan rambut mati, kuman dan bakteri pada bulu. 

6. Pergi keluar dan bermain dengannya. Kegiatan fisik membantu pertumbuhan dan perkembangan anak kucing dengan baik. Hewan peliharaan Anda akan tumbuh sehat dan lincah.

7. Ajarkan kebiasaan hidup sehari-hari. Anda bisa mulai mengajarkan beberapa kebiasaan baik pada kucing seperti pergi ke toilet, makan, dan tempat tidur. 

8. Bersikap tegas pada perilaku buruknya. Anda harus bersikap tegas pada perilaku buruk yang ia tunjukkan. Dengan begitu, ia akan mengerti mana yang baik dan buruk. 

9. Vaksinasi. Vaksinasi wajib dilakukan secara rutin untuk menghindari virus dan penyakit. Untuk itu, segera berkonsultasilah dengan dokter hewan.

10. Merawat kebersihan tubuhnya. Anda harus rajin mencuci gigi, telinga, dan kuku kucing. Spot-spot ini sangat rentan terhadap kuman dan bakteri lho. Jika dibiarkan kotor, hal ini bisa menyebabkan infeksi dan penyakit pada kucing.


KUCING PELIHARAAN

Source: JoeSang
Kucing bukan saja binatang pelihaaraan, bagi sebagian orang kucing adalah teman dan sahabat setianya dikala sedang sendiri di dalam rumah. Kucing yang lucu dan juga menggemaskan adalah salah satu faktor yang membuat orang menjadi tertarik untuk memeliharanya. Jenis-jenis kucing yang populer dan dipelihara oleh kebanyakan orang adalah jenis kucing lokal, kucing Persia, Angora, Bengal, birman, bambino, tiffanie, Ceylon dan lainya. Tidak sedikit juga kucing jenis Spink yang dikenal tanpa bulu ini, menjadi peliharaan sebagian orang, walaupun harganya cukup mahal. Merawat kucing juga termasuk sangat mudah dan mmurah.

Burung Condor California



California Condor atau dalam bahasa latinnya Gymnogyps Californianus mempunyai masa hidup hingga 50 tahun. Tetapi manusia yang melakukan perburuan, racun, dan hilangnya habitat, menjadikannya salah satu burung paling langka di dunia. Bahkan pada era tahun 1980-an, burung ini nyaris tak bersisa. Berkat usaha pelestarian, saat ini masih ada 332 burung Condor yang tersisa, dan 152 diantaranya berada di alam bebas.

Kepunahannya di indonesia


Indonesia memiliki beragam fauna yang khas, namun beberapa di antaranya telah langka. Apa saja hewan langka Nusantara yang terancam punah?

Dengan luas wilayah 735.400 mil persegi dan terletak di antara dua benua besar, Indonesia menjadi negara yang memiliki beragam jenis flora dan fauna, baik itu yang berkarakter Asiatic, Australis, maupun peralihan. Namun sayangnya, dari ribuan jenis flora dan fauna yang hidup di wilayah Indonesia, ada sekitar 294 jenis flora dan fauna Indonesia yang masuk dalam daftar spesies yang terancam punah (hewan langka) dan patut dilindungi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang “Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi”.

Daftar Hewan Langka di Indonesia yang Terancam Punah
Dalam artikel ini akan dipaparkan sekitar 30 spesies hewan langka yang sudah masuk dalam zona kritis dan harus dilakukan berbagai upaya untuk melestarikannya. Sebenarnya, dalam dunia konservasi, tidak dikenal istilah hewan langka, namun disebut sebagai “hewan langka terancam punah”. Istilah ini sudah lazim dipakai oleh berbagai lembaga atau organisasi konservasi internasional, misalnya IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources). Dengan
bekerjasama dengan berbagai negara, organisasi dunia ini bergerak aktif untuk menangani berbagai sumber daya alam (flora & fauna) yang sudah masuk dalam daftar terancam punah atau Red List of Threatened Species.

1. Orang Utan Sumatera dan Kalimantan
hewan langka indonesiaOrang utan, baik itu yang hidup di pulau Sumatera atau Kalimantan juga termasuk spesies yang sangat terancam punah. Menurut laporan IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi orang utan Sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80%. Dalam kurun waktu 1998 dan 1999, laju kehilangan tersebut dilaporkan mencapai sekitar 1000 orang utan per tahun. Sementara itu, pada tahun 2004, ilmuwan memperkirakan bahwa total populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di wilayah Indonesia maupun Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Kebalikan dari orangutan Borneo, orang utan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada orang utan jantan.

2. Harimau Sumatera
harimau sumateraMungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan, membuat mereka semakin terancam punah.

3. Komodo
hewan langka komodoHabitat komodo (Varanus komodoensis) di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Habitat utama kadal raksasa ini hanya ada di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Nama hewan karnivora ini semakin dikenal dunia setelah tahun 1912 Pieter Antonie Ouwens, direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini.

4. Burung Jalak Bali
burung jalak baliJalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912. Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang. Untuk mencegah terjadi ancaman kepunahan yang makin erius, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali (Leucopsar rothschildi).

5. Badak Jawa dan Sumatera
badakBadak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan para pecinta lingkungan. Badak sumatera (Sumatran rhino) dan Badak Jawa (Javan rinho) merupakan dua dari 5 spesies badak yang masih mampu bertahan dari kepunahan, selain badak india, badak hitam afrika, dan badak putih afrika. Namun, kedua badak ini sudah masuk dalam kategori sangat terancam atau critically endangered. Status konservasi critically endangered ini disandangkan pada spesies badak di Indonesia sejak 1996.

6. Gajah Sumatera
gajahMungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan, membuat mereka semakin terancam punah.

7. Kanguru Pohon Wondiwoi
kanguru pohon indonesiaRupanya, Kanguru bukan hanya milik Australia saja, karena Indonesia juga memilikinya. Kanguru Pohon Wondiwoi namanya, merupakan salah satu spesies hewan langka endemik yang hidup di Pulau Papua. Berdasarkan spesimen yang ditemukan Ernst Mayr, hewan yang memiliki nama ilmiah Dendrolagus mayri ini diperkirakan mempunyai berat sekitar 9,25 kg. Bulunya berwarna hitam suram dengan beberapa bagian yang berwarna kekuningan. Daerah pantat dan tungkai berwarna kemerahan dengan ekor keputihan. Populasi pasti Kanguru Pohon Wondiwoi memang tidak pernah diketahui secara pasti. Namun menurut IUCN Red List, diperkirakan jumlah populasi kanguru pohon ini sekitar 50 ekor individu saja. Hal inilah yang membuat pihak IUCN Red List memasukkan Kanguru Pohon Wondiwoi atau Wondiwoi Tree-kangaroo sebagai spesies Critically Endangered atau spesies yang sangat terancam punah (Kritis).

8. Anoa
anoaAnoa merupakan hewan endemik pulau Sulawesi, tepatnya di provinsi Sulawesi Tenggara. Hewan ini termasuk fauna peralihan (Asiatic – Australis). Hewan yang dikategorikan sebagai hewan langka ini sudah di ambang kepunahan sejak tahun 1960-an. Bahkan, selama satu dekade terakhir jumlah populasinya semakin menurun drastis. Diperkirakan saat ini jumlahnya tidak lebih dari 5.000 ekor di alam bebas. Ancaman kepunahan memang tak lepas dari perilaku masyarakat yang sering memburunya untuk diambil kulit, tanduk, serta dagingnya. Ada dua spesies binatang ini, yaitu anoa dataran rendah dan anoa pegunungan. Maskot provinsi Sulawesi Tenggara ini hidup di dalam hutan yang masih rimbun dan sulit didekati manusia. Itu sebabnya hewan ini tidak bisa menjadi hewan ternak, karena tidak bisa dijinakkan.

9. Monyet Hitam Sulawesi
kera hitam sulawesiKera Hitam Sulawesi atau dalam bahasa ilmiah disebut Macaca nigra atau sering juga disebut monyet berjambul merupakan salah satu dari sekian jenis perimata yang keberadaannya mulai langka dan terancam mengalami kepunahan. Kera Hitam Sulawesi merupakan satwa endemik pulau Sulawesi, tepatnya di daerah provinsi Sulawesi Utara. Ciri utama yang pada monyet ini adalah jambul di atas kepalanya. Dalam bahasa Inggris primata langka ini disebut dengan beberapa nama diantaranya Celebes Crested Macaque, Celebes Black ape, Celebes Black Macaque, Crested Black Macaque, Gorontalo Macaque, dan Sulawesi Macaque. Sementara itu, kera ini oleh masyarakat setempat  biasa dipanggil dengan Yaki, Bolai, Dihe. Dalam bahasa latin (ilmiah) Kera Hitam Sulawesi dinamai Macaca nigra yang bersinonim dengan Macaca lembicus (Miller, 1931) Macaca malayanus (Desmoulins, 1824). Kera hitam sulawesi ini semakin hari keberadaannya semakin langka dan terancam punah. Bahkan oleh IUCN Redlist digolongkan dalam status konservasi Critically Endangered (Krisis).

10. Pesut Mahakam
ikan pesutPesut mahakam atau dalam bahasa Latin disebut Orcaella brevirostris adalah sejenis hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Ilmuwan internasional mengklasifikasikan populasi Pesut Mahakam di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, dalam kondisi sangat terancam punah. Banyak faktor yang mempengaruhi populasi pesut. Jumlah pasokan makanan yang makin berkurang di alam, lalu lalang kapal ponton di kawasan habitatnya, serta penggunaan racun oleh nelayan setempat menjadi biang kerok berkurangnya populasi ikan pesut.

11. Macan Tutul Jawa
macan tutulHarimau Jawa telah lama punah, dan spesies sejenis yang masih ada di tanah Jawa adalah Macan Tutul Jawa atau dalam bahasa Latin disebut Panthera pardus melas. Hewan langka yang menjadi ikon provinsi Jawa Barat ini merupakan satwa endemik pulau Jawa dan menjadi bagian dari sembilan subspesies Macan Tutul (Phantera pardus) di dunia. Macan Tutul Jawa yang telah dikategorikan dalam status konservasi “Critically Endangered” mempunyai dua jenis variasi, yaitu Macan Tutul berwarna terang dan Macan Tutul berwarna hitam yang biasa disebut dengan Macan Kumbang. Meskipun berwarna berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama. Menurut laporan dari IUCN, jumlah Macan Tutul Jawa yang masih hidup tak lebih dari 300 ekor di habitatnya.

12. Kura-kura Paruh Betet
kura kura betetDalam bahasa Inggris kura-kura hutan sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya, hewan langka ini mempunyai nama latin yaitu Leucocephalon yuwonoi  yang bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi dan Heosemys yuwonoi. Kura-kura hutan Sulawesi ini sering juga dikenal dengan nama kura-kura paruh betet. Pemberian julukan nama tersebut dikarenakan bentuk mulutnya yang unik seperti burung betet. Kura-kura hutan Sulawesi (kura-kura paruh betet) ini termasuk dalam salah satu dari 7 jenis reptil paling langka di Indonesia. Bahkan termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition. Sebelumnya kura-kura hutan sulawesi digolongkan dalam genus Heosemys, namun sejak tahun 2000 dimasukkan dalam genus tunggal Leucocephalon. Kata ‘yuwonoi’ dalam nama ilmiahnya merujuk pada Frank Yuwono yang kali pertama memperoleh spesimen pertama kura-kura hutan sulawesi ini di pasar di Gorontalo Sulawesi.

13. Elang Flores
elang flores hewan langkaElang flores atau Nisaetus floris merupakan jenis elang berukuran besar sekitar 71 – 82 cm yang turut memperkaya keragaman burung di nusantara. Meskipun namanya elang flores, burung ini juga dapat dijumpai juga di Pulau Lombok, Sumbawa, serta pulau kecil Satonda dan Rinca, selain tentu saja di Pulau Flores, Nusa Tenggara. Kecenderungan populasi elang flores yang terus menurun membuat Badan Konservasi Dunia IUCN menetapkannya sebagai jenis “satu langkah menuju kepunahan” (Critically Endangered/CR). Jumlah individu dewasa di seluruh persebarannya diperkirakan sekitar 100 pasang dengan daerah jelajah sekitar 10.000 kilometer persegi. Ciri elang ini adalah tubuh bagian bawahnya berwarna putih, hidup di kawasan hutan dataran rendah dan submontana hingga ketinggian 1.000 mdpl. Teknik memangsanya yang mudah terlihat adalah berburu dari tenggeran dan terbang mengangkasa memanfaatkan aliran udara panas.

14. Ekidna Moncong Panjang Barat
landak moncongEkidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii) atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan Western Long-beaked Echidna merupakan hewan endemik yang berasal dari Papua, dan Australia (punah) yang hidup di ketinggian 1300-4000 mdpl. Habitatnya adalah padang rumput alpin dan hutan yang lembap. Ekidna merupakan hewan mammalia yang bertelur (ordo Monotremata) yang masih bertahan hidup hingga sekarang di samping platipus (Ornithorhynchus anatinus). Sebagaimana dengan platipus, Ekidna termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh lantaran hewan mamalia selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi ekidna tidak melahirkan anaknya melainkan bertelur.

15. Kodok Pohon Ungaran
katak ungaranPhilautus jacobsoni atau biasa disebut Katak Pohon Ungaran. Memiliki status Critically endangered (hampir punah) dan masuk dalam daftar The IUCN Red List of Threatened Species tahun 2008. Dalam pernyataannya, Philautus jacobsoni dinyatakan hampir punah dengan alasan daerah yang menjadi habitatnya kurang dari 10 km2, semua individu dari jenis katak ini hanya terdapat di Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.

16. Burung Trulek Jawa
buung langka trulek jawaBurung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) merupakan salah satu jenis burung endemik Jawa yang memiliki habitat utama di wilayah rawa yang luas, seperti padang rumput luas yang banjir saat musim hujan. Menurut data IUCN terbaru tahun 2013, jumlah populasi Trulek Jawa ini sangat kecil, diasumsikan kurang dari 50 individu saja. Mengerikan bukan? Jumlah populasi yang dimungkinkan menurun ini, disebabkan oleh gangguan manusia dan konversi habitat untuk budidaya dan pertanian, serta perburuan. Sejalan dengan itu, menurut data IUCN, dinyatakan bahwa ancaman kepunahan Trulek Jawa ini adalah masalah lahan dari habitat asli yang telah dialihfungsikan menjadi wilayah agro-industry farming atau lahan pertanian dan menjadi daerah budidaya air tawar, yaitu tambak.

17. Kakatua Jambul Kuning
kakatua jambul kuningJenis burung yang semakin terancam kelestariannya adalah burung Kakatua Jambul Kuning atau dalam nama ilmiahnya disebut Cacatua sulphurea. Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Menurut Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Nusa Tengara Barat Dr Ir Widada MM, seperti dikutip dari Republika, mengungkapkan populasi burung Kakatua Jambul Kuning yang hidup di alam liar di daerah NTB saat ini tersisa 145 ekor. Bahkan, lanjut Widada, burung Kakatua jambul kuning telah dinyatakan hewan langka yang masuk kategori kritis oleh lembaga konservasi dunia (IUCN), karena jumlahnya yang semakin sedikit.

18. Simakobu
monyet langka simakobuSimakobu adalah monyet berhidung pesek yang status populasinya paling mengkhawatirkan dan orang jarang bahkan tidak mengenalnya. Simakobu adalah spesies monoleptik dimana binatang ini tidak memiliki ‘saudara’ dalam marganya. Russel A. Mittermeier, Presiden Conservation International (CI) juga menambahkan bahwa Simakobu merupakan satu-satunya monyet pemakan daun yang mempunyai ekor melingkar pendek dan mempunyai hidung tumpul seperti halnya monyet emas atau monyet berhidung pesek. Simakobu atau yang bernama ilmiah Simias concolor ini menjadi penting karena statusnya dalam IUCN yang dikategorikan sebagai spesies yang Critically Endangered atau status konservasi tingkat keterancaman tinggi (hewan langka) dan dicap sebagai  ‘The World’s 25 Most Endangered Primates’. Hal ini terjadi karena populasi monyet ekor babi selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan hingga 80%.

19. Beruk Mentawai
monyet mentawaiSelain Simakobu, kawasan Mentawai juga dihuni spesies primata lainnya. Orang lokal menyebutnya Bokoi atau bokkoi (Macaca pagensis). Mereka adalah sejenis monyet yang menyebar terbatas (endemik) di Kepulauan Mentawai, lepas pantai barat Sumatera. Nama itu adalah sebutan yang sering digunakan oleh penduduk Kepulauan Mentawai untuk menyebut hewan tersebut. Nama lainnya adalah beruk mentawai, sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan nama Pagai Island Macaque. Epitet spesifiknya, yaitu pagensis, berarti “berasal dari Pagai”; merujuk kepada pulau-pulau Pagai di Kepulauan Mentawai sebagai habitat asal beruk ini yang kian terancam punah.

20. Tarsius Siau
tarsiusTarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Tarsius mempunyai tubuh kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan keseluruhan berukuran sebesar otaknya. Kaki belakangnya juga sangat panjang. Sampai saat ini populasi Tarsius cenderung mengalami penurunan (IUCN, 2012). Perkiraan kepadatan populasi Tarsius di Tangkoko adalah 156/km2 (Gursky, 1997). Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor luar (eksternal) yang mempengaruhi Tarsius antara lain adalah lingkungan(habitat,sarang, jenis vegetasi), iklim (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan), predator (kucing hutan, ular dan manusia), dan pakan.

21. Gagak Banggai
burung gagak benggaiBurung Gagak Banggai atau Corvus unicolor sempat dinyatakan telah punah, kemudian tahun 2007 lalu kawanan spesies ini terlihat kembali di alam liar dengan jumlah terbatas. Hal inilah yang mendasari bahwa kondisi spesies ini termasuk satwa dilindungi dan terancam punah. Gagak banggai merupakan salah satu jenis burung endemik Sulawesi. Burung ini sebarannya terbatas hanya pada daerah Kepulauan Banggai. Gagak Banggai berukuran kurang lebih 39 cm dengan corak tubuh berwarna hitam dengan iris pucat, ekor yang pendek, berkaki gelap dan leher mungkin menunjukkan kemilau cokelat kusam. Selain itu suara kicauan burung memberikan 3-4 catatan berderit peluit Kruik, Kruik, Kruik, Kruik, yang berlangsung 2-3 detik.

22. Burung Kacamata Sangihe
burung langkaBurung Kacamata Sangihe atau Zosterops nehrkorni merupakan salah satu satwa (aves) yang telah ditetapkan sebagai burung langka, dan berada dalam kategori status critically endangared oleh IUCN. Hal ini tidak lain disebabkan karena habitat burung kacamata sangihe yang sangat sempit dan adanya perburuan liar karena burung ini memiliki suara kicauan yang indah. Bahkan pada tahun 1999 burung ini sempat dinyatakan punah oleh para peneliti dikarenakan kicauannya tidak terdengar lagi di Gunung Sahendaruman dan Gunung Sahengbalira di pulau Sangihe. Namun sayangnya, burung yang disebut mata mawiera oleh penduduk setempat ini belum didaftarkan sebagai burung yang dilindungi oleh pemerintah Republik Indonesia (RI). Hal ini dibuktikan dengan tidak dicantumkannya nama burung kacamata sangihe pada lampiran PP No. 7 tahun 1999.

23. Burung Hantu (Celepuk) Siau
burung hantu siauCelepuk siau (Otus siaoensis) adalah salah satu burung langka yang masuk dalam kategori terancam punah di dunia. Burung celepuk siau merupakan burung endemik yang hanya terdapat di sebuah pulau kecil bernama “Siau” di Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan namanya, Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo Strigiformes) yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau Scops-owl. Sedangkan dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama Otus siaoensis. Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas di pulau dan penampakan langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak tahun 2000. CITES juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak 1998.

24. Katak Merah atau Katak Api
katak merahKodok Merah atau dalam bahasa latinnya Leptophryne cruentata merupakan jenis kodok endemik yang hanya ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kodok Merah pun menjadi salah satu hewan langka yang terancam punah. Sehingga tidak berlebihan jika kemudian IUCN Redlist mencatatnya dengan status Critically Endangered(Kritis). Meskipun di Indonesia sendiri Kodok ini luput dari daftar satwa yang dilindungi. Kodok Merah sering kali disebut juga sebagai Katak Darah. Kodok Merah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Bleeding Toad atau Fire Toad. Sedangkan dalam bahasa latin (nama ilmiah) hewan ini disebut Leptophryne cruentata. Nama latinnya ini mempunyai arti kurang lebih ‘berdarah’.

25. Burung Tokhtor Sumatera
burung langka sumateraBurung Tokhtor Sumatera memiliki nama latin carpococcyx viridis adalah burung endemik pulau Sumatera yang termasuk di dalam 18 burung sangat langka di indonesia. Burung tokhtor sumatera telah terdaftar sebagai salah satu satwa yang langka yaitu status konservasi dengan keterancaman sangat tinggi. Jumlah populasinya diperkirakan tak sampai mencapai 300 ekor. Burung tokhtor sumatera dulu sudah dianggap telah punah karena sejak terdiskripsikan pada tahun 1916 tak pernah ditemukan lagi. Kemudian pada November tahun 1997 seekor tokhtor sumatera sukses difoto untuk pertama kalinya oleh Andjar Rafiastanto.

26. Rusa Bawean
rusa langkaRusa Bawean yang dalam bahasa Latinnya Axis kuhlii merupakan hewan endemik yang hidup di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jenis rusa ini merupakan rusa yang populasinya semakin langka dan terancam kepunahan. Rusa Bawean merupakan hewan langka yang hidup nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam. Menyukai habitat di semak-semak pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya. Rusa Bawean  mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan. Selain itu, ciri lain dari rusa ini adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Rusa ini mempunyai kecepatan berlari yang sangat cepat dan cerdik.

27. Kodok Sumatera
kodok langka sumateraKodok Sumatera atau nama latinnya Duttaphrynus sumatranus merupakan satwa amfibi paling langka di Indonesia, bersama dengan Kodok Merah (Leptophryne cruentata) dan Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni). Kodok-kodok tersebut menyandang status Critically Endangered dari IUCN Red List. Diketahui kodok endemik ini hanya mendiami daerah ‘Lubuk Selasih’ di sekitar Gunung Talang di perbatasan tiga kabupaten, Padang Pariaman, Solok dan Pesisir Selatan, provinsi Sumatera Barat. Berbagai ancaman seperti kerusakan habitat dan alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian serta pendangkalan sungai diduga berpengaruh besar pada tingkat keterancaman kodok endemik Indonesia ini.

28. Merak Hijau
merak langkaMerak hijau atau bahasa Latinnya Pavo muticus merupakan salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, merak hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengkilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Merak hijau terdapat di kepulauan Jawa dan statusnya dilindungi oleh undang-undang karena sebagai hewan langka.

29. Hiu Sentani
hiu sentaniHiu Gergaji atau bahasa ilmiahnya Pristis microdon adalah spesies ikan yang hidup di lautan Indo-Pacific serta dapat juga hidup di sungai untuk melakukan siklus hidupnya. Pada musim hujan antara bulan Desember-Maret, ikan ini akan hidup di sungai air tawar. Sedangkan ketika memasuki musim kering (Mei-Oktober), ikan hiu sentani akan lebih suka tinggal di muara atau teluk yang menyerupai habitat air laut. Selain di Australia, ikan ini juga menyebar ke Kalimantan, Papua, Vietnam, India, Madagascar dan Afrika timur. Di Indonesia sendiri ikan hiu gergaji (Pristis microdon) ini menjadi salah satu hewan endemik yang terdapat di Danau Sentani, Papua. Jumlahnya yang menyusut membuat spesies ini masuk dalam satwa yang patut dilestarikan.

30. Ikan Arwana Irian
arwana irianArowana Irian memiliki bentuk tubuh dengan sisik yang berwarna-warni yang akan menambah pesonanya sehingga kelihatan cantik dan anggun. Banyak pecinta ikan yang memburu spesies ini sebagai ikan hias. Populasinya yang terbatas menjadikan ikan ini sebagai salah satu satwa yang dilindungi. Jadi, tidak sembarang pihak bisa memelihara ikan ini. Bentuk tubuh arwana irian (Sceloropages leichartidti) comperessed, lebar, dan tebal. Bagian tubuhnya terdapat bercak merah atau  kuning dan warna sirip dan tubuhnya didominasi dengan warna hijau tua. Arwana irian yang berkualitas baik memiliki sirip dan sisiknya yang utuh, sungutnya tidak patah maupun tertekuk, bola mata bening dan tidak menderita juling.

Dicopy dari : https://www.diedit.com/hewan-langka-indonesia/

IKAN KOI

IKAN KOI

Koi (鯉, English /ˈkɔɪ/, bahasa Jepang: [koꜜi]) atau secara spesifiknya koi berasal dari bahasa Jepang yang berarti ikan karper. Lebih spesifik lagi merujuk pada nishikigoi (錦鯉, English /ˈ[unsupported input]/), yang kurang lebih bermakna ikan karper yang bersulam emas atau perak. Di Jepang, koi menjadi semacam simbol cinta dan persahabatan. Ini karena koi merupakan homofon untuk kata lain yang juga bermakna kasih sayang atau cinta. Ikan Koi adalah sejenis ikan yang termasuk ikan mas (Cyprinus carpio) yang mempunyai ornamen yang sangat indah dan jinak. Koi biasanya dipelihara sebagai hiasan dengan tujuan keindahkan dan keberuntungan di dalam rumah dan luar rumah (kolam koi atau taman air, karena ikan koi dipercaya membawa keberuntungan. Karena ikan koi sangat dekat berkerabat dengan ikan mas, dan oleh karena itu di Indonesia banyak orang menyebutnya ikan mas koi.

Jenis ikan koi dibedakan tergantung dari warnanya, polanya, dan ukurannya. Beberapa unsur warnanya adalah putih, hitam, merah, kuning, biru, dan krem. Jenis koi paling dikenal adalah jenis ''Gosanke'', yang terdiri dari Kohaku, Taisho Sanshoku, and Showa Sanshoku.

IKAN MUJAIR

IKAN MUJAIR

Ikan Mujair adalah sejenis ikan air tawar yang biasa dikonsumsi. Penyebaran alami ikan ini adalah perairan Afrika dan di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939. Meski masih menjadi misteri, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar, tak urung ikan tersebut dinamai ‘mujair’ untuk mengenang sang penemu.

Nama ilmiahnya adalah Oreochromis mossambicus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Mozambique tilapia, atau kadang-kadang secara tidak tepat disebut "Java tilapia".

Ikan berukuran sedang, panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah sekitar 40 cm. Bentuk badannya pipih dengan warna hitam, keabu-abuan, kecoklatan atau kuning.

Sirip punggungnya (dorsal) memiliki 15-17 duri (tajam) dan 10-13 jari-jari (duri berujung lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari.

Kebiasaan
Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam (salinitas), sehingga dapat hidup di air payau. Jenis ikan ini memiliki kecepatan pertumbuhan yang relatif cepat, tetapi setelah dewasa kecepatannya ini akan menurun.

Mujair juga sangat peridi. Ikan ini mulai berbiak pada umur sekitar 3 bulan, dan setelah itu dapat berbiak setiap 1½ bulan sekali. Setiap kalinya, puluhan butir telur yang telah dibuahi akan ‘dierami’ dalam mulut induk betina, yang memerlukan waktu sekitar seminggu hingga menetas. Hingga beberapa hari setelahnya pun mulut ini tetap menjadi tempat perlindungan anak-anak ikan yang masih kecil, sampai anak-anak ini disapih induknya.

Dengan demikian dalam waktu beberapa bulan saja, populasi ikan ini dapat meningkat sangat pesat. Apalagi mujair cukup mudah beradaptasi dengan aneka lingkungan perairan dan kondisi ketersediaan makanan.

Tidak mengherankan apabila ikan ini dianggap invasif dan menimbulkan berbagai masalah baru di perairan yang didatanginya, seperti halnya di Singapura, dan di California Selatan, Amerika Serikat. Tidak luput pula adalah berbagai waduk dan danau-danau di Indonesia yang 'ditanami' ikan ini, seperti misalnya Danau Lindu di Sulawesi Tengah.

KUDA LAUT

KUDA LAUT

Hippocampus
Hippocampus.jpg
Kuda laut, Hablulae Mustofae sp.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Syngnathiformes
Famili: Syngnathidae
Genus: Hippocampus
Cuvier (1816)[1]

Kuda laut adalah jenis ikan yang hidup di laut dari genus Hippocampus dan famili Syngnathidae. Hewan dengan ukuran yang bervariasi antara 16 mm (untuk spesies Hippocampus denise) sampai 35 cm ini dapat ditemukan di perairan tropis dan menengah di seluruh dunia. Kuda laut merupakan satu-satunya spesies yang jantannya dapat hamil.

Sirip dorsal pada kuda laut terletak pada bagian bawah sedangkan sirip pektoralnya terletak pada bagian kepala, di dekat insang. Beberapa spesies kuda laut berwarna transparan sebagian, sehingga tidak mudah terlihat.

Populasi kuda laut terancam karena penangkapan yang berlebihan. Kuda laut dimanfaatkan pada herbologi tradisional Tiongkok dan sebanyak 20 juta kuda laut telah ditangkap setiap tahunnya untuk keperluan ini. Impor ekspor kuda laut diatur dalam CITES sejak 15 Mei 2004.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

IKAN PAUS

IKAN PAUS

Paus atau lodan (khusus yang bergigi dan bukan berukuran kecil) adalah sekelompok mamalia yang hidup di lautan. Sebutan "paus" diberikan pada anggota bangsa Cetacea yang berukuran besar. Paus bukan tergolong dalam keluarga ikan. Paus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

bernapas menggunakan paru-paru
mempunyai rambut (sedikit, kebanyakan ada di paus dewasa)
berdarah panas
mempunyai kelenjar susu
mempunyai jantung dengan empat ruang
Paus purba berevolusi pada pertengahan tempo Eocene, kira-kira 50 juta tahun yang lalu. Salah satu paus terawal yang telah punah adalah Basilosaurus yang mempunyai kepala kecil bermoncong menonjol dan bergigi. Basilosaurus mempunyai panjang 25 meter.

Fosil menunjukkan bahwa paus berasal dari hewan daratan berkuku, kemungkinan dari hewan seperti Mesonychid (hewan seperti serigala yang tinggal di pesisir pantai) yang berangsur-angsur kembali menghunii lautan sekitar 50 juta tahun yang lalu. Satu lagi kemungkinan hewan lain yang berubah menjadi paus, adalah Ambulocetus, mamalia seukuran anjing laut namun memiliki panjang 3 meter seberat 325 kilogram.

Pada masa kini dikenal dua kelompok paus, yaitu paus bergigi (Odontoceti) dan paus tidak bergigi (Mysticeti). Paus Odontoceti yang bergigi merupakan pemangsa yang memakan ikan, sotong, dan mamalia laut, mempunyai satu lubang pernapasan. Paus bergigi berkerabat dekat dengan lumba-lumba dan pesut. Paus tidak bergigi berukuran lebih besar daripada paus bergigi dan mempunyai struktur yang dikenal sebagai balin yang berbentuk sikat. Struktur ini berguna untuk menyaring plankton, makanannya, di air. Paus berbalin mempunyai dua lubang pernapasan.

IKAN HIU


Ikan Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap [1] dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.
Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan. Hiu pigmi, Euprotomicrus bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu paus, Rhincodon typus, ikan terbesar yang mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter dan yang, seperti paus, hanya memakan plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng, Carcharhinus leucas, adalah yang paling terkenal dari beberapa spesies yang berenang di air laut maupun air tawar (jenis ini ditemukan di Danau Nikaragua, di Amerika Tengah) dan di delta-delta. 

Pengumuman






Hallo teman-teman !!!
Perkenalkan nama saya Nur* Khol*soh, saya adalah salah satu mahasiswa dari universitas di s*bang, saya akan memberikan sedikit pemberitahuan atas mengapa dibuatnya blog ini. Alasan saya membuat blog ini yakni semata-mata hanya untuk salah satu tugas mata kuliah saya.
Saya minta maaf jika informasi di blog ini kurang lengkap, ataupun mengacau alurnya.






Sekian dan Terima kasih :)

KOMODO

KOMODO

Komodo, atau juga disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies biawak besar yang terdapat di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.

Komodo merupakan spesies terbesar dari familia Varanidae, sekaligus kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 meter dan beratnya bisa mencapai 100 kg. Komodo merupakan pemangsa puncak di habitatnya karena sejauh ini tidak diketahui adanya hewan karnivora besar lain selain biawak ini di sebarang geografisnya.

Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka menjadi salah satu hewan paling terkenal di dunia. Sekarang, habitat komodo yang sesungguhnya telah menyusut akibat aktivitas manusia, sehingga lembaga IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak komodo telah ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan habitanya dijadikan taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, yang tujuannya didirikan untuk melindungi mereka.

Komodo liar dewasa biasanya memiliki berat sekitar 70 kg, tetapi komodo yang dipelihara di penangkaran sering kali memiliki bobot yang lebih berat. Spesimen liar terbesar yang pernah ditemukan panjangnya mencapai 3.13 meter dengan berat sekitar 166 kg, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya. Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya. Meskipun komodo tercatat sebagai kadal terbesar di dunia, namun bukan spesies yang terpanjang. Reputasi panjang tubuh (tidak termasuk berat badan) dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii). Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina biasanya berwarna hijau kecokelatan dan memiliki bercak kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih bervariasi warnanya, dengan warna kuning, hijau dan putih dengan latar belakang hitam.

Di dalam mulut komodo dewasa, terdapat sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang sering terlepas atau ditanggalkan.[11][10] Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning kecokelatan dan bercabang. Air liur komodo merupakan salah satu hal yang sering dibicarakan banyak orang karena kebanyakan orang menganggapnya beracun seperti bisa ular atau kadal beracun, bahkan dianggap tidak ada obatnya, baik untuk mencegah maupun menetralkan racun tersebut. Walau begitu, hal ini menjadi perdepatan panjang diantara para ahli hewan di dunia.

Komodo muda di Rinca yang makan bangkai kerbau. Komodo mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini tidak dapat melihat dengan baik di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak begitu mampu membedakan objek yang tak bergerak. Komodo tidak memiliki indera pendengaran, walaupun memiliki lubang telinga.

Komodo menggunakan lidahnya untuk mencium bau mangsanya seperti halnya sebagian besar Squamata. Lidah komodo menangkap partikel bau di udara lalu menaruhnya ke organ di langit-langit mulutnya yang disebut organ Jacobson yang berfungsi untuk menganalisis tanda-tanda dari bau tersebut. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 km. Lubang hidung komodo hanya berfungsi untuk bernafas dan bukan mencium bau karena komodo tidak memiliki selaput penerima bau di hidungnya. Komodo juga tidak memiliki organ perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di tenggorokan dalam.

Komodo sempat dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak memengaruhi komodo tersebut. Hal ini kemudian terbantahkan ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak komodo untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak. Kukunya digunakan untuk bertempur dan makan.

Koin Rupiah Indonesia yang bergambar komodo. Dua ekor komodo di Pulau Komodo.

Komodo liar hanya terdapat dan hanya bisa ditemukan di Indonesia di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau Komodo, Rinca dan beberapa pulau kecil di sekitarnya serta di pesisir barat pulau Flores. Habitat komodo adalah padang rumput terbuka (sabana) dan hutan belukar, terkadang juga di pesisir pantai. Komodo beraktivitas pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh ketika suhu udara sangat panas.

Komodo adalah binatang yang penyendiri dan hanya berkumpul bersama pada saat makan atau berkembang biak. Biawak ini dapat berlari cepat hingga 20 km/jam pada jarak yang pendek. Komodo juga pandai berenang dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Seiring bertambahnya umur dan ukuran badan, komodo lebih sering menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuh yang besar menyulitkannya memanjat pohon.

Untuk tempat berlindung, komodo mampu menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena ukuran tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi hari selanjutnya.

Komodo adalah hewan pemakan hewan lain (karnivora). Akan tetapi, biawak ini lebih sering memakan daging bangkai. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa biawak komodo berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu sudah dalam jangkauannya, komodo segera menyerangnya dengan menggigit pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Komodo menemukan mangsanya dengan menggunakan lidahnya yang dapat menrasakan bau mangsa, binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.

Komodo memakan buruannya dengan cara mencabik potongan besar dari daging, lalu menelannya bulat-bulat, sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, terkadang komodo langsung menghabiskannya sekali telan. Air liur pada mulut komodo membantunya menelan mangsanya. Meskipun begitu, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang, biasanya 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo kadang-kadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekan daging mangsanya ke pohon atau batu, untuk memaksa daging "masuk" melewati kerongkongannya. Untuk menghindari penyumbatan udara ketika menelan, komodo bernapas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya. Rahangnya komdo dapat dibuka dengan leluasa karena otot tengkoraknya yang lentur, memungkinkan komodo dapat melahap mangsa yang besar hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam sekali makan. Mangsa komodo dewasa di antaranya reptilia kecil (termasuk jenisnya sendiri), babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Sedangkan komodo muda memangsa serangga, telur, mamalia dan reptilia kecil.

Setelah makan, komodo berjalan menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencaritempat terbuka untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri. Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan kira-kira 12 kali setahun atau sekali sebulan. Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk. Kemudian, komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel di mulutnya.

Ketika makan secara berkelompok, komodo yang berukuran paling besar biasanya makan terlebih dahulu, diikuti dengan komodo lain yang berukuran lebih kecil. Jantan terbesar menunjukkan dominasinya melalui bahasa tubuh dan desisannya, yang kemudian disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk memperlihatkan pengakuan mereka atas kekuasaan komodo besar itu. Komodo-komodo yang berukuran sama mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara berdiri pada dua kaki belakang, lalu saling memukul dan mendorong dengan kaki depan, hingga salah satu mengaku kalah dan mundur walau kadang yang kalah dapat terbunuh dalam perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang.

Kadang-kadang komodo juga memangsa manusia dan mayat yang digali dari lubang makam yang dangkal. Kebiasaan ini menyebabkan penduduk pulau Komodo menghindari tanah berpasir dan memilih mengubur jenazah di tanah liat, serta menutupi atasnya dengan batu-batu agar tidak dapat digali oleh komodo. Ada pula yang menduga bahwa komodo berevolusi untuk memangsa gajah kerdil Stegodon yang pernah hidup di Flores. Komodo dikethui juga pernah mengejutkan dan menakut-nakuti rusa-rusa betina yang tengah hamil, dengan harapan agar keguguran dan bangkai janinnya dapat dimangsa, suatu perilaku yang juga didapati pada hewan-hewan pemangsa besar di Afrika.

Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae, kemungkinan memiliki semacam bisa. Selama ini, diketahui bahwa luka-luka akibat gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi karena adanya bakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah. Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa: bengkak secara cepat dalam beberapa menit, gangguan pembekuan darah, rasa sakit hingga ke siku, disertai dengan beberapa gejala yang bertahan hingga beberapa jam kemudian.

Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang sangat beracun telah berhasil diambil dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo[27]. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo diperkirakan adalah bakteri Pasteurella multocida.

Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya. Jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang tidak beruntung ini akan mati dalam waktu sehari atau seminggu akibat infeksi. Karena komodo kemungkinan kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.

JERAPAH

JERAPAH

Jerapah atau zarafah (nama ilmiah: Giraffa camelopardalis) adalah mamalia berkuku genap endemik Afrika dan merupakan spesies hewan tertinggi yang hidup di darat. Jerapah jantan dapat mencapai tinggi 4,8 sampai 5,5 meter dan memiliki berat yang dapat mencapai 1.360 kilogram. Jerapah betina biasanya sedikit lebih pendek dan lebih ringan.

Jerapah berkerabat dengan rusa dan sapi tetapi dari suku yang berbeda, yaitu Giraffidae yang mencakup jerapah sendiri dan kerabat terdekatnya, okapi. Habitat aslinya mencakup area dari Chad sampai dengan Afrika Selatan

Nama spesiesnya camelopardalis diambil dari nama dalam latin, karena dianggap sebagai bastar unta (camel) dan macan tutul (leopard). Nama camelopardalis dipakai oleh Plinius senior dalam ensiklopedia yang ditulisnya. Nama ini juga dipakai sebagai nama salah satu rasi bintang. Nama "jerapah" sendiri dipinjam dari nama hewan ini dalam bahasa Arab (الزرافة, zirafah).

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

KAKATUA

KAKATUA

Kata kakatua tertanggal berasal dari abad ke-17 dan merupakan derivasi kata dari nama Indonesia untuk burung ini, "Kakatuwah" (yang berarti "wakil" atau "pegangan"; dari paruhnya yang kuat) atau dari panggilan kakatua putih itu sendiri, melalui istilah Belanda kaketoe; kata cock mungkin mempengaruhi kata kaketoe. Terdapat varian kata kakatua pada abad ke-17 termasuk cacato, cockatoon, crockadore, cokato, cocatore, dan cocatoo digunakan pada abad ke-18. Asal kata ini juga digunakan untuk familia dan nama generik Cacatuidae dan Cacatua masing-masing.

Jenis Kakatua-kecil Jambul-kuning (bahasa Inggris: Yellow-crested Cockatoo) biasanya hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang, dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari tempat bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan. Jenis ini tertekan dengan ledakan populasi yang mengejutkan selama 10-15 tahun terakhir, akibat penangkapan yang berlebihan untuk perdagangan burung dalam sangkar, dan sekarang langka akibat kegiatan ini.

Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih.

Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai ketinggian 900 m (Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa), 700 m (Flores), 950+ m (Sumba) dan 500+ m (Timor). sedangkan untuk jenis Kakatua Maluku (bahasa Inggris: Salmon-crested Cockatoo) biasanya hidup sendiri, berpasangan dan kelompok kecil; dahulu di pohon tidur berkelompok hingga 16 ekor. Umumnya tidak mencolok, kecuali pada saat terbang ke dan dari lokasi pohon tidur ketika petang dan menjelang fajar. Walaupun terlihat terbang di atas kanopi tetapi kebanyakan terbang di bawah batas kanopi. Mencari makan dengan tenang di kanopi dan lapisan tengah kanopi dan memiliki sebaran lokal di daerah Seram, Ambon, Haruku dan Saparua. Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi, hutan yang rusak dan hidup di atas permukaan laut sampai ketinggian 1000 m.

Di Indonesia, burung kakatua dijadikan nama lagu anak-anak. Kakatua juga dapat dijadikan peliharaan Kakatua dikenal sebagai burung yang setia dan bila pemiliknya terancam kakatua akan melindungi pemiliknya. beberapa manusia sering memelihara Kakatua sejak masih kecil untuk diajari berbicara penelitian menunjukan bila terlatih sejak kecil Kakatua akan dapat berpikir seperti manusia

BUNGLON

BUNGLON

Bunglon adalah sebutan khusus untuk beraneka jenis kadal/bengkarung yang memiliki kemampuan mengubah warna kulitnya. Secara umum, istilah "bunglon" digunakan untuk menyebut kadal-kadal dari suku Chamaeleonidae dan beberapa jenis dari suku lain, misalnya dari Agamidae.

Istilah dalam bahasa Inggris adalah Chameleon atau Chamaeleon. Akan tetapi, istilah dalam bahasa Inggris tersebut lebih sering digunakan untuk menyebut jenis-jenis dari suku Chamaeleonidae. Bunglon menyebar sangat luas mulai dari sebagian besar Afrika, jazirah Arab, Asia bagian selatan, hingga kepulauan Nusantara. Di Indonesia sendiri, istilah bunglon digunakan untuk menyebut beberapa spesies dari marga Bronchocela Sp., misalnya bunglon surai.

Keistimewaan bunglon adalah dapat mengubah-ubah warna (bahkan juga kombinasi warna) kulit luarnya. Setiap jenis bunglon setidaknya memiliki beberapa warna dasar mulai dari hijau tua, hijau muda, kuning, merah, oranye, cokelat, abu-abu, pink, sian, bahkan ungu. Beberapa spesies bahkan memiliki kombinasi dari beberapa warna tersebut. Hal ini membuat bunglon menjadi salah satu kelompok kadal paling berwarna-warni di dunia.

Mekanisme perubahan warna tersebut disebabkan karena zat nanokristal di permukaan kulitnya yang dapat memantulkan cahaya. Warna dari cahaya yang terpantul ini ditentukan oleh ruang dinamis antar-nanokristal tersebut. Hal ini pun juga mempengaruhi pigmen warna asli kulit bunglon yang terlihat oleh mata manusia atau hewan lain yang melihat bunglon tersebut. Sehingga, warna dan kombinasi warna dari kulit bunglon yang terlihat setiap waktu mungkin bisa berubah-ubah.
Fungsi dari perubahan warna.

Bunglon mengubah-ubah warna kulitnya untuk menyamarkan diri dengan lingkungannya, yaitu dengan mengubah warna kulitnya menyerupai warna tempat ia berdiri atau benda di dekatnya. Tetapi, bunglon juga mengubah warna kulitnya untuk menunjukkan reaksi atas perubahan suhu atau intensitas cahaya di sekitarnya atau untuk menunjukkan suasana hatinya. Biasanya setiap spesies memiliki tujuan mengubah warna kulit yang berbeda-beda. Ekspresi perubahan warna juga digunakan bunglon jantan ketika ada bunglon lain di wilayah kekuasaannya atau untuk memikat bunglon betina ketika musim kawin. Pada kasus pertikaian dua bunglon jantan, kombinasi warna cerah adalah tanda bahwa bunglon tersebut memiliki kekuasaan di tempat itu, sedangkan kombinasi warna kusam adalah tanda bahwa buglon menyerah.

RUSA

RUSA

Rusa, sambar, atau menjangan (Bahasa Inggris: deer) adalah hewan mamalia pemamah biak (ruminan) yang termasuk familia Cervidae. Salah satu ciri khas rusa adalah adanya antler (tanduk rusa), dan bukan tanduk, yang merupakan pertumbuhan tulang yang berkembang setiap tahun (biasanya pada musim panas) terutama pada rusa jantan (walaupun ada beberapa pengecualian). Ada sekitar 34 spesies rusa di seluruh dunia yang terbagi menjadi dua kelompok besar: kelompok rusa dunia lama yang termasuk subfamilia Muntiacinae dan Cervinae; serta kelompok rusa dunia baru, Hydropotinae dan Odocoilinae.

Bobot rusa umumnya berkisar 30-250 kilogram (70 hingga £ 600), meskipun Pudu Utara rata-rata 10 kilogram (20 lb) dan Moose rata-rata 431 kilogram (1.000 lb). Mereka umumnya memiliki luwes, badan kompak dan panjang, kaki kuat cocok untuk medan hutan kasar. Rusa juga jumper yang sangat baik dan perenang. Rusa ruminansia , atau kunyahan-pengunyah, dan memiliki empat bilik perut. Gigi rusa disesuaikan dengan makan pada vegetasi, dan seperti ruminansia lainnya, mereka kekurangan atas gigi seri , bukan memiliki pad berat di bagian depan rahang atas mereka. Beberapa rusa, seperti di pulau Rum , [3] jangan mengkonsumsi daging bila tersedia. [4] rusa air Cina, rusa Tufted dan kijang telah diperbesar atas gigi taring membentuk taring tajam, sementara spesies lain sering kekurangan atas taring sama sekali. Gigi pipi rusa memiliki pegunungan sabit dari enamel, yang memungkinkan mereka untuk menggiling berbagai vegetasi.

MONYET

MONYET

Monyet tidak sepenuhnya sama dengan kera.

Monyet adalah istilah untuk semua anggota primata yang bukan prosimia ("pra-kera", seperti lemur dan tarsius) atau kera, baik yang tinggal di Dunia Lama maupun Dunia Baru. Hingga saat ini dikenal 264 jenis monyet yang hidup di dunia. Tidak seperti kera, monyet biasanya berekor dan berukuran lebih kecil. Monyet diketahui dapat belajar dan menggunakan alat untuk membantunya dalam mendapatkan makanan.

Pengelompokan monyet bersifat parafiletik, karena monyet Dunia Lama (Cercopithecoidea) sebenarnya lebih dekat kekerabatan genetiknya dengan kera (Hominidae), daripada monyet Dunia Baru (Platyrrhini).

Monyet terbesar adalah mandrill. Beberapa monyet dalam bahasa sehari-hari juga sering disebut sebagai kera.

Beberapa monyet telah dimanfaatkan manusia sebagai hewan timangan atau hewan untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah hewan yang paling biasa berinteraksi dengan manusia dan sering dipelihara sebagai hewan timangan, hewan sirkus, atau percobaan laboratorium. Ia juga primata pertama yang pernah ke angkasa luar. Beruk dipelihara di beberapa tempat di Sumatera dan Malaya untuk dilatih sebagai pemetik kelapa.

Monyet di hutan gunung Bunder menggerakkan pepohonan di siang hari, berlompatan dari satu dahan ke dahan yang lain dan diam bila ada pendaki gunung yang lewat. Mungkin di situ monyet hidup berdampingan dengan macan akar dan ular. Di Sumatera Barat, tepatnya Danau Maninjau, penginapan bersebelahan dibangunnya dengan hutan dan monyet dapat dengan mudah menanjakn pohondan memasuki teras hotel dekat kolam renang. Di perjalanan naik turun ke arah danau Maninjai, monyet monyet leluasa berkeliaran dan seperti menunggu makanan yang dilepmar oleh pelancong.

SEMUT

SEMUT

Semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa Hymenoptera. Semut memiliki lebih dari 12.000 jenis (spesies), sebagian besar hidup di kawasan tropika. Sebagian besar semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut per koloni. Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga. Satu koloni dapat menguasai daerah yang luas untuk mendukung kehidupan mereka. Koloni semut kadangkala disebut "superorganisme" karena koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.

Meskipun ukuran tubuhnya yang relatif kecil, semut termasuk hewan terkuat di dunia. Semut jantan mampu menopang beban dengan berat lima puluh kali dari berat badannya sendiri, dapat dibandingkan dengan gajah yang hanya mampu menopang beban dengan berat dua kali dari berat badannya sendiri. Semut hanya tersaingi oleh kumbang badak yang mampu menopang beban dengan berat 850 kali berat badannya sendiri.

Asam format disebut juga "asam semut" karena semut menghasilkan asam ini sebagai alat pertahanan diri.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas